Berita TerbaruDokumentasiHeadline

Sutiaji Dinobatkan “Ayah Kami Semua” oleh Komunitas Muda Dialoogis

Malang butuh anak muda, menjadi tajuk awal dari program dialog yang diinisiasi Manajemen Dialoogi Cafe (kamis malam, 20/2 ’20). Menghadirkan secara langsung Sutiaji, Walikota Malang, terilhami kala Sam Aji (demikian walikota Malang akrab disapa anak anak muda, red) melakukan rapat informal di cafe yang berlokasi di jalan Soekarno Hatta tersebut. “Wah ini walikota keren, melakukan rapat di ruang publik. Jadilah ide dan persepakatan untuk memboyong Beliau untuk berdialog dengan kaum muda, “ujar Refi, Manajer Dialoogi Cafe.
Atas hal tersebut, komunitas anak muda penggiat ekonomi kreatif dan komunitas dialoogis media yang ajeg berhangat fikir di tongkrongan kopi, menobatkan Walikota Sutiaji sebagai “Ayah Kita (Anak Muda) Semua”.
Menjadi pembicara utama, Sutiaji mengawali dialog dengan mengajak audience untuk menapak tilasi kembali perjalanan sejarah, dimana mulai 1908 (Boedi Oetomo), 1928 (Sumpah Pemuda), 1945 (Kemerdekaan), 1966 (Malari) hingga 1998 (Reformasi) perjalanan bangsa digerakkan dan dimotori kaum muda.
Menukik ke isu lokal (kota Malang), alumni IAIN Malang ini menyentil tingginya angka pengangguran terbuka di kota Malang. “Dan ini banyak terkontribusi oleh banyaknya lulusan perguruan tinggi di kota Malang yang tetap ingin ngendon di kota Malang. Dan ini pengangguran skill (terdidik). Bahkan untuk lulusan bidang IT saja, setiap tahun tak kurang terproduce sebanyak 3000 sarjana IT, “ungkap Pria penyuka kuliner pedas tersebut.
Didepan para muda penggiat sosial media dialogis, walikota yang pada masa mahasiswa juga aktif di dunia media tersebut, menekankan baru kota Malang yang dalam misinya secara lugas mencantumkan target ekonomi kreatif, dan didetailkan melalui Perwal 12/2018 tentang Roadmap Ekraf. Potensi inilah yang harus ditangkap kaum muda kota Malang.
Salah komunitas Hijrah United, dalam forum tersebut menyatakan komitmen untuk menguatkan kehidupan agama yang damai dan harmonis. “Kami ini aset bagi kota Malang, jadi kami siap diajak secara aktif dalam gerak pembangunan kota Malang, “ujar perwakilan komunitas Hijrah United.
Sementara Faiz (Sawojajar), penggiat ekonomi kreatif free lance berbasis aplikasi IT, menggugat angka pengangguran terbuka di kota Malang. “Pak Wali saya koq merasa nggak meyakini data yang dikeluarkan lembaga BPS, karena kami yang berkarya secara indie ini, meski kelihatannya duduk duduk di rumah, tapi seperti kami sudah memiliki karyawan lebih dari 30 orang. Dan saya merasa kondisi lapangan kayak gini tak terteropong radar pemerintahan. Komunitas seperti kami di kota Malang banyak, dan kami juga titipkan pesan, jangan terlalu manjakan kami karena itu akan mematikan kreatifitas, “ungkap Faiz.
Pelaku kreatifitas lainnya, Diaz (fashion), memberikan testimoninya, bahwa usaha fashion yang dilakukannya sejak 2011 telah mampu menembus pasar Eropa (ekspor). Yang terbaru, pengusaha dari Belgia sangat tertarik dengan produk dan karya anak Malang.
Potensi luar biasa ekonomi kreatif kota Malang, juga diutarakan Oki, pelaku ekonomi kreatif yang berdomisili di jalan Dewandaru. “Pak Wali, Ayah Kami Semua, kota Malang ini punya pengusaha denim (Mas Qiron, Sawojajar, red) dan masuk 5 (lima) terbaik di Indonesia dan menjadi pemasok tetap ke Belanda. Sayangnya, kami kami ini jarang diajak ngobrol, kami siap memback up kota Malang, “tegas Oki.
Nampak hadir dalam forum bincang bincang santai tersebut, penggiat social Malang Care dr Canggih, koordinator MCF vicky, Manajer Strudel Area Malang Doni dan Direktur Radar Malang Kurniawan Muhammad.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *