Berita TerbaruDokumentasiHeadline

Napak Tilas Warisan Keluhuran dari Komunitas Kali dan Budaya dari Bali

Malang – Bertempat di Gazebo Balaikota Malang pada hari Senin (10/02) telah dilaksanakan penerimaan Napak Tilas Warisan Keluhuran dari Komunitas Kali dan Budaya, Perkumpulan Cakrawala Mandala Dwipantra Serta Pemangku Adat dan Agama dari Provinsi Bali. Acara ini diterima langsung oleh Walikota Malang Drs. H. Sutiaji yang didampingi oleh Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata Kota Malang ibu Ida Ayu Made Wahyuni, SH, M. Si, Kabag Kesra dan perangkat daerah terkait. Rombongan tamu yang berjumlah 70 orang dari Bali ini dipimpin oleh Wayan Wetra.

“Selain kami sangat berbagahagia hari ini, rasa persaudaraan diantara kita selaku warga negara Indonesia sudah terjalin erat, walaupun kita berbeda agama, dari agama Islam, Kristen, Buddha, Katolik. Disinilah di Kota Malang sudah dari dulu terbukti tidak pernah ada masalah, anak-anak kami, adik-adik kami yang menuntut ilmu di Kota Malang. Itu yang kami banggakan dari dulu sampai sekarang,” ujar pimpinan rombongan tamu Wayan Wetra dalam sambutannya.

Wayan Wetra juga menambahkan harapannya, “Semoga kita semua kedepannya semakin rukun dan apa yang menjadi tujuan kita semua sebagai umat beragama bisa terwujud,” pungkasnya.

Selanjutnya, Walikota Malang Sutiaji menyampaikan bahwa teman-teman yang menganut kepercayaan Hindu tidak pernah membuat ulah, justru memberikan sumbangsih, pikiran dan tenaga untuk pembangunan kota Malang berjalan dengan baik. Walikota Malang berharap agar persaudaraan terus dieratkan, tidak untuk dicerai-beraikan melainkan untuk saling menguatkan. “Mudah-mudahan nilai kebaikan yang anda tanam di Bali, nanti bisa ditinggalkan di sini dan kami mampu mengambil kebaikan yang anda berikan,”lanjutnya.

“Indonesia ini sudah kena virus westernisasi. Kalau modernisasi itu baik, kalau westernisasi itu mengikuti kebarat-baratan tapi tidak melihat ruh dari filosofinya. Sehingga, kalau ini tidak kita rem dengan budaya dan kuatnya sebuah agama, maka tidak bisa menutup kemungkinan Indonesia tinggal nama. Tapi, Indonesia yang banyak dihuni oleh macam kepercayaan, agama, kebudayaan, suku dan ras tapi rukun ini pelan-pelan akan punah dan itu tidak sesuai dengan harapan kita. Oleh karena itu, kami saat ini mendidik karakter anak-anak kita,” ujarnya. (MA/EM)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *