Berita TerbaruHeadline

Rancang D.A.K Kebudayaan 500 M untuk Pemajuan Kebudayaan

Intoleransi dan konservatisme menjadi issue sentral dalam Kongres Kebudayaan Indonesia 2018. Demikian diinformasikan Ida Ayu Wahyuni, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang, yang hadir secara langsung pada gelaran kongres yang diadakan di Jakarta (9/12 ’18).
Presiden RI, Joko Widodo dalam amanat pembukaan kongres juga menegaskan bahwa saat ini kita terlalu mengedepankan ruang ekspresi, tapi tidak diikuti toleransi. “Kontestasi tanpa diikuti dan diimbangi tolerasi, akan memproduk banyak ujaran kebencian dan sikap intolerance. Harus didorong panggung toleransi dalam berinteraksi, dan kebudayaan memainkan peran penting, “ujar Jokowi.
Selaras dengan himbauan Presiden, Mendikbud Muhajir Effendi menyatakan pentingnya menghadirkan kembali nilai nilai luhung budaya Indonesia yang tepa selira, toleran, saling menghargai dan penuh kesantunan. “Semakin ke sini, kita (bangsa Indonesia) makin tercerabut dari budayanya. Ini bahaya dan tidak boleh dibiarkan, “ujar Muhajir Effendi.
Hilmar Farid, Dirjen Kebudayaan Kemendikbud RI menambahkan, kebudayaan yang inklusif menjadi kunci menghadapinya. “Sifatnya saling belajar, saling mengenal, saling tahu sudut pandang orang yang berbeda, berusaha memahami, empati, sehingga kemudian toleransi akan muncul dari pemahaman, bukan karena doktrin,” ungkapnya disela-sela Kongres Kebudayaan Indonesia 2018, yang berlangsung mulai Rabu (5/12) hingga Minggu (9/12).
Hilmar Farid mengaku memahami jalan pikiran pihak-pihak yang yang menganut konservatisme. Menurutnya, keterbatasan pengalaman dan lingkungan di mana mereka bergaul menjadi sejumlah faktor yang mempengaruhi cara pandang mereka terhadap hal yang tidak sejalan dengan nilai-nilai mereka.
“Yang kita perlu lakukan sebelumnya di pemerintahan itu (adalah) memperkuat daya cerna kebudayaan orang, sehingga dia bisa menerima apapun yang dia lihat tanpa buru-buru kemudian mengambil sikap menolak,” ujarnya. Itulah, katanya, semangat kongres kebudayaan 2018 ini.
Berbeda dengan kongres-kongres sebelumnya yang didominasi diskusi budaya dan presentasi makalah, tahun ini, kongres juga menampilkan beragam jenis budaya nusantara, dan akan menelurkan produk konkrit berupa Strategi Kebudayaan. Dokumen ini merupakan rangkuman aspirasi dan harapan pelaku kebudayaan dari lebih dari 300 kota/kabupaten di seluruh Indonesia, termasuk dari kota Malang.
Terdapat tujuh isu strategis dalam Strategi Kebudayaan tersebut, salah satunya yaitu praktik pemikiran kebudayaan yang menghadapi tantangan, baik akibat globalisasi, maupun pembenturan kebudayaan dengan agama. Nantinya, Strategi Kebudayaan ini akan disusun menjadi Rencana Induk Pemajuan Kebudayaan (RIPK), yang akan menjadi acuan pemerintah dalam menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) di masa yang akan datang.
Ida Ayu Wahyuni, selaku Ketua Delegasi Kongres dari Kota Malang juga menginformasikan, tahun 2019 untuk Provinsi/Kota/Kabupaten akan diberikan DAK kebudayaan. “Total angka yang disiapkan pemerintah sebesar Rp 500 M. Cuma kita (kota Malang) belum tahu nantinya akan mendapatkan kuota berapa, kita menunggu teknisnya dulu, “imbuh Bu Dayu, demikian wanita ramah ini biasa disapa.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *