Berita TerbaruDokumentasiHeadline

KLHK RI, Percayakan kota Malang Jualan Sampah

Ada 3 (tiga) hal pokok yang seringkali jadi permasalahan kota, yakni issue kemacetan (transportasi), banjir dan masalah sampah. Ke tiganya seakan menjadi momok, lebih lebih masalah sampah. Keterbatasan lahan, yang dihadapkan pada volume sampah yang terus bertambah, berpotensi terjadinya krisis sampah. Ini pula yang menjadi perhatian Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI (KLHK RI) , yang terwujud pada acara talkshow dengan tema “Membangun Circular Economi, Pengelolaan Sampah melalui Bank Sampah”. Acara yang digelar di Jakarta Convention Center (20/7 ’18), menghadirkan best practice bank sampah yang dinilai sukses, yakni kota Malang dan kota Makassar. “Kita pilih 2 (dua) kota ini karena secara faktual bank sampahnya berkembang dan khususnya di kota Malang mampu bertransformasi sebagai penopang ekonomi, selain misi lingkungan, “ujar Rosa Vivien Ratnawati, DirekturJenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3, KLHK RI.
Mewakili kota Malang, Sekkota Wasto, yang juga lama berkecimpung dalam pengolahan sampah, kala menjabat Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) kota Malang. Sementara kota Makasar, langsung menghadirkan Walikota Danny Pomanto.
659,88 ton per hari, timbunan sampah yang ada di kota Malang, dan itu akan terus bertambah seiring dengan bertambahnya populasi penduduk. Terlebih sebagai kota migran, maka kepadatan dan kerapatan hunian akan semakin tinggi di kota dengan komposisi penduduk yang mencapai lebih 1 juta bila terhitung dengan warga pendatangnya.
Berdasarkan jenisnya, terinci 230,96 sampah an organik (35 persen) dan 428,92 sampah organik (65 persen). Dan Bank Sampah Malang terus mengedukasi warga untuk mau menjadi nasabah, yang secara otomatis menopang langkah pengolahan sampah melalui strategi 3R (Reduce, Recycle, Reuse).
“Hingga kini jumlah nasabah BSM mencapai 30 ribu nasabah dengan omzet 300 juta perbulan, “info Wasto. Ditambahkannya, BSM telah mampu memilah 72 jenis sampah yang bernilai ekonomi dan kapasitas pengolahan 5 ton per hari. Artinya masih 2,1 persen sampah an organik yang mampu tereduksi melalui program bank sampah. Ini potensi tersendiri karena ada peluang untuk meningkatkan kapasitas pengolahan sampah an organik, dan itu linier dengan strategi pemberdayaan dan peningkatan kualitas ekonomi, “tutur Sekkota yang penggila lari dan renang tersebut.
Sejak beroperasional pada tahun 2011 , BSM kini juga memberikan layanan nasabah luar kota yakni dari kabupaten Malang, kota Batu dan kota Blitar. Dengan memperhatikan potensi sampah secara ekonomi, Pemkot Malang telah membangun Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di Supit Urang, yang kini di sekitar area TPST akan dibangun gudang dan tempat produksi senilai Rp 2 Milyar. Dijelaskan pula oleh Sekkota Wasto, yang sebelumnya juga sebagai Kepala Bappeda Kota Malang, bahwa BSM telah mampu memunculkan inovasi inovasi seperti pinjam uang bayar sampah, bayar listrik dengan sampah, bayar sekolah dengan sampah, termasuk menginspirasi klinik asuransi sampah yang dikembangkan dr. Gamal Albinsaid.
Sementara itu Dirjen Pengolahan Sampah, KLHK RI, Rosa Vivian, menaruh harapan besar BSM mampu menjadi salah satu bagian solusi sampah yang dapat diterapkan di daerah daerah lainnya. “Wajar kota Malang mendapat penghargaan top inovasi dari Pemerintah karena memang secara faktual benar “ada tumpukan emas hitam di sampah”, “puji Rosa atas keberadaan BSM kota Malang dan langkah strategi pengolahan sampah kota Malang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *