Berita TerbaruDokumentasiHeadline

Masuk Nominasi Anugerah Adipura Kencana, Abah Anton Presentasikan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Kementerian LH

Malang Targetkan Raih Adipura Kencana 2017 dengan Progam Unggulan Reduksi Sampah

Malang – Rabu (14/6) Walikota Malang, H. Moch Anton, berada di ibukota Jakarta untuk hadir dalam acara “Presentasi dan Wawancara Walikota atau Bupati Calon Penerima Anugerah Adipura Kencana 2017”. Hal ini menandakan bahwa Malang kembali masuk dalam nominasi peraih Adipura Kencana 2017 yang diadakan oleh Kementrian Lingkungan Hidup. Ia berangkat didampingi dengan beberapa kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD), yakni Kepala Badan Perencanaan Penelitian dan Pembangunan (Barenlitbang) Wasto, Kepala Dinas Perumahan dan Pemukiman (Disperkim) Erik Setyo Santoso, Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Agoes Eddy, Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) dr. Asih Tri Rachmi, dan turut serta dr. Gamal Albinsaid, salah satu tokoh yang berperan besar dalam pengelolaan sampah dipadu dengan pelayanan kesehatan untuk masyarakat Kota Malang.

Bertempat di Ruang Rimbawan I – Manggala Wanabakti, Kementrian Lingkungan Hidup, Walikota Malang yang akrab disapa Abah Anton ini, menjelaskan terobosan – terobosan yang dilakukan Kota Malang terkait dengan pengelolaan lingkungan. Mulai dari pengelolaan ruang terbuka hijau dengan dibuatnya banyak taman kota dan hutan kota, pembuatan kampung tematik seperti Kampung 3G, Kampung Warna Jodipan, dan lain sebagainya, hingga progam pengelolaan sampah.

Namun, dalam presentasinya kali ini Abah Anton menjadikan progam terkait reduksi sampah menjadi progam unggulan. Diakuinya, seiring dengan berkembangnya Kota Malang, khususnya dari sektor pariwisata dan pendidikan, membuat jumlah volume sampah meningkat karena adanya aktivitas masyarakat yang juga meningkat. “ Di tengah peningkatan itu (volume sampah),upaya mereduksi sampah menjadi prioritas dan komitmen pemerintah” jelas Abah Anton.

Berbagai layanan dan inovasi dari progam reduksi sampah ini antara lain Bank Sampah Malang (BSM), Road Sweeper, Tempat Pembuangan Akhir (TPA), Tong Sampah Tematik, Kader 3R (reuse, reduce, recycle) serta Pengelolaan Sampah Terpadu / Intermediate Treatment Facility (ITF). Beberapa inovasi sudah dilaksanakan, salah satunya yaitu progam Bank Sampah Malang (BSM), yang ternyata tidak hanya berdampak positif terhadap pengurangan volume sampah, namun berdampak juga pada sektor sosial dan ekonomi masyarakat. Bank Sampah Malang (BSM) kini juga telah menjadi inovasi yang banyak menjadi percontohan.

Abah Anton menjelaskan kembali hasil dari berbagai progam tersebut ternyata efektif dalam penurunan volume sampah. Hal ini terlihat dari catatan Disperkim yang menunjukan tren positif. Presentase pengurangan volume sampah dari tahun ke tahun terus meningkat. Dituliskan di tahun 2014, presentase mencapai di angka 26%, lalu di tahun 2015, tercatat tingkat reduksi meningkat menjadi 26,5%. Kemudian di tahun selanjutnya meningkat kembali hingga 27%. Hingga pada tahun ini, meningkat kembali menjadi 27,5%. “Angka reduksi di Kota Malang bertambah 0,5 – 1,5 persen per tahun. Kami menargetkan, tahun depan reduksinya mencapai 28 persen” jelas Abah Anton. (Nd)

Malang – Pemerintah Kota Malang bertekad membawa pulang anugerah tertinggi bidang lingkungan hidup, yakni Adipura Kencana pada tahun 2017 ini. Berbagai terobosan dan inovasi sudah dilakukan pemerintah kota dalam beberapa waktu terakhir kaitannya dengan pengelolaan lingkungan hidup. Wali Kota Malang, H. Moch Anton saat memberikan presentasi dan wawancara di hadapan para juri dalam acara “Presentasi dan Wawancara Wali kota/Bupati Calon Penerima Anugerah Adipura Kencana 2017,” di Ruang Rimbawan I – Manggala Wanabakti, Kementerian Lingkungan Hidup, Rabu (14/6) membeberkan sejumlah inovasi yang sudah dilakukan selama beberapa waktu terakhir. Wali Kota Malang, dalam presentasinya didampingi beberapa kepala Organisasi Pemerintah Daerah (OPD), seperti Kepala Badan Perencanaan Penelitian dan Pembangunan (Baretlinbang), Wasto, Kepala Dinas Perumahan dan Permukiman (Perkim), Erik Setyo Santoso, Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH), Agoes Eddy, Kepala Dinas Kesehatan, dr. Asih tri rachmi serta salah satu tokoh muda yang berjasa dalam pengolahan sampah di Kota Malang yakni, dr. Gamal Albinsaid.

Wali kota yang akrab disapa Abah Anton itu, dalam presentasinya membeberkan sejumlah program terkait dengan penanganan sampah di Kota Malang. Diakui, seiring dengan perkembangan yang terjadi di kota pendidikan dan pariwisata ini, jumlah volume sampah di Malang makin meningkat karena adanya pertambahan penduduk dan pola konsumsi masyarakat. Namun, menurut Abah Anton, upaya mereduksi sampah menjadi prioritas dan komitmen pemerintah melalui berbagai programnya. Berbagai layanan dan inovasi dalam pengolahan sampah seperti Bank Sampah Malang (BSM), Road Sweeper, Tempat Pembuangan Akhir (TPA), Tong Sampah Tematik, Kader 3R (reuse, reduce, recycle) TPS 3R dan juga pembangunan pengolahan sampah terpadu atau biasa disebut Intermediate Treatment Facility (ITF).

Hasil dari berbagai program tersebut, lanjut Abah Anton, ternyata sangat efektif dalam pengurangan jumlah sampah di Kota Malang. Tercatat, prosentase peningkatkan reduksi sampah dari tahun ke tahun menunjukan grafik yang positif, yakni 26 persen di tahun 2014 lalu meningkat 26,5 persen pada tahun 2015 dan di tahun selanjutnya kembali mengalami peningkatan menjadi 27 persen dan di tahun 2017 ini sudah menjadi 27,5 persen dan ditargetkan pada tahun mendatang reduksi sampah meningkat menjadi 28 persen. Data Dinas Perkim mencatat, potensi timbulan sampah di Kota Malang sebanyak 659,88 ton perhari, dimana pengelolaan di TPA mencakup 473,22 ton perhari dan pengelolaan pra-TPA sebesar 177,66 ton perhari sehingga ditemukan prosentase angka reduksi saat ini sebesar 27,5 persen, meningkat dari tahun sebelumnya.

“Berbagai inovasi untuk pengolahan sampah sudah kita lakukan dan pemerintah memiliki target. Pengolahan sampah di Kota Malang selama ini sangat efektif, seperti contoh di TPS 3R itu setiap hari mengelola 45 ton sampah dan untuk kader 3R kita sudah memiliki 1.500 orang yang tersebar di 5 kecamatan,” kata Abah Anton dalam paparannya.

Program reduksi sampah melalui Bank Sampah Malang (BSM) yang merupakan salah satu program unggulan, kata Abah Anton, tidak saja berdampak pada pengurangan volume namun juga berdampak pada ranah sosial dan ekonomi masyarakat. Memiliki sebanyak 24.000 nasabah dengan 70 jenis sampah yang dikelola dan mampu mereduksi sebesar 5 ton sampah tiap harinya, BSM kini menjadi inovasi yang banyak menjadi percontohan. Warga bisa mendapatkan keuntungan ekonomi dari mengumpulkan sampah dan menjadikannya rupiah melalui BSM yang kini memiliki omzet sebesar 350 juta tiap bulan. Hal ini senada dengan program dr. Gamal Albinsaid yang memberikan fasilitas layanan kesehatan dimana masyarakat diminta untuk membayarnya dengan sampah yang bisa diolah.

“Peran serta masyarakat sangat baik sekali dalam hal ini dan hal inilah yang terus kita lakukan dalam melakukan pengolahan sampah di Kota Malang,” tandasnya.

Terkait dengan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Supit Urang, Abah Anton membeberkan rencana pembangunan yang bekerjasama dengan Jerman. Dalam Detil Engineering Design (DED) Sanitary Landfill terbaru, sudah terdapat fasilitas pemisahan dan pengolahan sampah dan pengolahan air lindi yang berpotensi digunakan sebagai sumber energi alternatif. Menurut Kepala Baretlinbang, Wasto, TPA Supit Urang akan menjadi percontohan nasional karena Kementerian Pekerjaan Umum sudah berencana memberikan dana sebesar Rp 195 miliar untuk pembangunannya yang bekerjasama dengan tim dari Jerman.

Hal lain yang dibeberkan Wali Kota Malang dalam paparannya di hadapan tim penilai adalah pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH) yang menjadi satu kesatuan dalam lingkungan hidup. Berdasarkan data yang dimiliki pemerintah saat ini eksisting luasan RTH di Kota Malang seluas 1.787,34 hektar dengan rasio terhadap luasan kota sebesar 16,23 persen. Hal itu seiring dengan kiat Pemkot Malang yang terus menggeber pembangunan taman dalam kurun waktu 3 tahun terakhir melalui kerjasama dengan pihak ketiga dengan mekanisme dana Corporate Social Responsibility (CSR). Hasilnya, sebanyak 15 taman baru berhasil dibangun dengan penambahan luasan taman seluas 16,5 hektar, itu juga ditambah dengan penanaman pohon baru sejumlah 55.000 pohon. Total Kota Malang saat ini memiliki 93 taman kota dan 7 hutan kota.

“Pembangunan taman yang ada di Kota Malang tidak menggunakan dana APBD melainkan menggunakan dana dari pihak ketiga, saat ini banyak perusahaan yang tertarik untuk memberikan dana CSR-nya karena mereka menilai Kota Malang yang kondusif dan stabil serta meningkat dalam perekonomian,” ungkap Abah Anton.

Program lain dalam pengelolaan lingkungan hidup yang menjadi andalan Pemkot Malang adalah Gerakan Menabung Air (Gemar) di Kampung Glintung Go Green (3G). Inovasi yang lahir dari masyarakat ini, menuai banyak apresiasi dari kalangan masyarakat internasional hingga masuk nominasi dalam Top 15 inovasi dunia dalam acara penghargaan inovasi kota se dunia yang digelar di Guangzhou, Tiongkok, beberapa waktu lalu. Inovasi Gemar dari Kampung 3G mewakili Indonesia di ajang bergengsi tersebut dan mampu mensejajarkan posisi Kota Malang dengan berbagai kota besar dunia dalam hal inovasi seperti London, New York, dan sebagainya.

“Kampung 3G itu awalnya langganan banjir karena kondisi geografis disana kurang baik, akhirnya lahirlah inovasi Gemar ini, dan saat ini kampung itu tidak pernah banjir dan bahkan menjadi area hijau karena masyarakat disana saat ini gemar menanam. Selain mengubah kondisi lingkungan pola pikir masyarakat di kampung tersebut juga sudah berubah,” tukasnya.

Selain Kampung 3G, Abah Anton juga menunjukkan saat ini ada 66 kampung tematik yang tersebar di Kota Malang. Contoh, yakni Kampung Warna-warni di Kelurahan Jodipan yang awalnya terkenal dengan kampung kumuh dan kini menjadi kampung yang banyak dikunjungi, sehingga kesuksesan itu terus dikembangkan dengan membuat kampung tematik lainnya.

Inovasi bidang lingkungan lain yang tak kalah penting untuk dipresentasikan wali kota yakni hadirnya Kampung Gas Metan yang sumbernya dari pengolahan sampah, disamping adanya upaya menghemat energi melalui Smart PJU (Penerangan Jalan Umum) dan Konversi ke lampu jenis LED yang terkenal ramah energi. Khusus untuk konversi PJU, Pemkot Malang selama ini sudah berhasil mengubah jenis lampu sebanyak 1.567 dengan hasil pengurangan beban pembayaran PJU Rp 400 juta setiap bulan. Dalam bidang pendidikan, Kota Malang juga menunjukan komitmennya akan pembelajaran lingkungan kepada para anak didik. Hal itu terbukti, dari sebanyak 479 sekolah yang ada di Kota Malang, sebanyak 110 sekolah sudah mendapat gelar adiwiyata. “Memberikan pemahaman kepada anak didik kita akan pentingnya menjaga lingkungan hidup sangat penting sekali,” kata Abah Anton

Program 100-0-100, yakni 100 persen air bersih, 0 persen lingkungan kumuh dan 100 persen akses sanitasi layak juga terus diupayakan Pemkot Malang. Khusus untuk 100 persen air bersih Kota Malang sudah melampaui target yang diberikan pemerintah pusat, bahkan untuk Zona Air Minum Prima (ZAMP) PDAM Kota Malang mendapat banyak penghargaan internasional. Dalam hal pengendalian kualitas udara beberapa program seperti uji emisi gas rutin, penyediaan transportasi masal seperti bus sekolah dan bus wisata gratis, penyediaan jalur sepeda, pembangunan pedestrian yang nyaman hingga car free day menjadi inovasi yang diusung. (Sa)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *